Rabu, 08 Desember 2010

Perayaan Natal Tahun 2010

Mari kita Rasakan bersama Lawatan Tuhan Lewat Perayaan Natal
Pada Tanggal : 12 Desember 2010
Pukul : 17.00 S/d Selesai

Senin, 30 Agustus 2010

Prinsip Cermin



Bacaan: Lukas 6:37-38

Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.- Lukas 6:37


Kita melihat semua orang menjengkelkan? Kita melihat dunia ini tidak adil? Kita melihat situasi dan kondisi yang tidak pernah bersahabat? Jika kita selalu melihat dunia di sekitar kita dengan cara pandang yang negatif, barangkali yang perlu kita ubah bukanlah dunia di sekitar kita tersebut, melainkan diri kita lebih dulu. Sebab cara kita memandang diri kita sendiri akan menentukan bagaimana kita memandang orang lain dan dunia di sekitar kita.

Jika kita tidak merasa nyaman dengan diri sendiri, kita juga tidak akan pernah merasa nyaman dengan orang lain. Jika kita tidak percaya pada diri kita sendiri, kita juga akan menghambat hubungan kita dengan orang lain karena kita juga tidak akan pernah bisa mempercayai mereka. Jika kita membenci diri kita sendiri, kita juga akan melihat bahwa semua orang perlu juga kita benci, mereka sama menjengkelkannya dengan diri kita sendiri. Sebaliknya, jika kita bisa menghargai diri kita sendiri, kita pun akan menghargai orang lain. Jika kita melihat diri sendiri secara positif, kita juga mampu melihat orang lain dengan sudut pandang yang positif. Jika kita melihat diri sendiri dengan sehat, biasanya kita memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain.

Seorang psikolog dan penulis buku paling laris versi New York Times, Phil McGraw berkata, “Saya selalu mengatakan bahwa hubungan paling penting yang akan Anda pernah miliki adalah hubungan dengan diri Anda sendiri. Pertama-tama Anda harus menjadi sahabat terbaik bagi diri Anda sendiri.” Pernyataan tersebut memunculkan pertanyaan bagi kita semua, “Apakah kita sudah menjadi sahabat terbaik bagi diri kita sendiri?” Jika kita gagal membangun hubungan dengan diri kita sendiri, bisa dipastikan bahwa kita juga akan gagal membangun hubungan dengan orang lain. Sebaliknya, jika kita bisa menjadi sahabat terbaik bagi diri kita sendiri, maka kita pasti berhasil membangun hubungan yang sehat dan penuh makna dengan orang lain. Kuncinya terletak pada diri kita sendiri. Jika kita ingin memperbarui hubungan kita dengan orang lain, perbaruilah diri kita sendiri lebih dulu.

Jadilah sahabat terbaik bagi diri kita sendiri.

Selasa, 03 Agustus 2010

GARAM DUNIA


Budi adalah seorang murid Sekolah Minggu dari suatu gereja.
Walaupun ibunya belum mengenal Tuhan Yesus, ia tidak pernah melarang Budi untuk pergi ke Sekolah Minggu.
Pada suatu hari Minggu, sesampainya Budi di rumah, ibunya bertanya,
"Pelajaran apa yang kamu dapatkan di Sekolah Minggu tadi pagi?"
Budi dengan semangat menjawab, "Tadi pagi guru Sekolah Minggu saya,Ibu Meliati bersama dengan asistennya Ibu Hartatik, mengajarkan saya
untuk menjadi garam bagi dunia ini."
Ibunya terkejut dan berkata, "Weee lhadalah Nak, kamu mau jadi garam?Jangan kecewakan Ibu, Nak! Ibu maunya kamu tuh jadi dokter atau insinyur!"


GARA-GARA LILIN


Ny. O'Reilly yang sedang berjalan, berpapasan dengan Pastur O'Flannagan.
Pastur berkata, " Hai Ny. O'Reilly ...
bagaimana kabar suami anda?Bukankah saya yang menikahkan anda berdua kira-kira lima tahun yang
lalu?
" Ya, memang andalah yang menikahkan kami, Pastur", jawab Ny. O'Reilly.
Lalu Pastur bertanya lagi, "Berapa anak anda sekarang?"
"Oh ... belum ada Pastur, kami belum mempunyai anak satupun."
"Baiklah, minggu depan aku akan pergi ke Roma, di sana aku akan berdoa dan menyalakan sebuah lilin untukmu", kata Pastur.
Bertahun-tahun kemudian, mereka bertemu lagi di jalan dan Pastur bertanya,
"Ny. O'Reilly apakah anda sudah mempunyai anak?"
"Oh sudah Pastur, saya mempunyai tiga pasang anak kembar, dan 4 orang anak yang tidak kembar, jadi semuanya ada sepuluh orang." jawab Ny. O'Reilly.
Lalu Pastur berkata,"Wow, bukankah itu sangat luar biasa!!
Lalu bagaimana keadaan suamimu?"
"Dia sedang pergi ke Roma", jawab Ny. O'Reilly "Ke Roma???
Ada urusan apa dia berangkat ke Roma?", tanya Pastur.
"Mematikan lilin yang Pastur nyalakan." Jawab Ny. O'Reilly.

BERAPA LAMA SIH?!

Seorang yang sedang mabuk naik kereta di Limerick bertanya pada petugas soal lama perjalanan dari Limerick ke Cork, "Sekitar dua jam," jawab petugas. "Kalau begitu, berapa lama perjalanan dari Cork ke Limerick?" tanya orang mabuk itu lagi. "Ya sama; dua jam," jawab
petugas itu kesal. "Apa yang membuatmu berpikir kalau perjalanan dari Limerick ke Cork dan dari Cork ke Limerick itu membutuhkan waktu yang
berbeda?"

Orang mabuk itu menatapnya. "Hanya seminggu dari hari Natal ke Tahun Baru, namun dari Tahun Baru ke hari Natal itu rasanya sangat lama
sekali ..., ya kan?! Beda kan?!" (Sumber: Buffaloesjokes)


Kamis, 01 Juli 2010

Oscar dan Razzie

Baca: 2 Korintus 12:1-10
Ayat Mas: 2 Korintus 12:7

Di Hollywood, ada penghargaan bidang perfilman, yaitu Piala Oscar untuk menghargai kinerja terbaik, ada pula piala Razzie untuk mengganjar kinerja terburuk. Pada Maret 2010, Sandra Bullock menjadi aktris pertama yang mendapatkan kedua piala itu pada tahun yang sama. Ia memperoleh Razzie sebagai aktris terburuk karena penampilannya di film All About Steve, lalu meraih Oscar sebagai aktris terbaik untuk perannya di The Blind Side. Sandra memajang kedua piala itu di rak yang sama di rumahnya. Ia menganggap piala Razzie sebagai penetral yang hebat. “Piala itu mengingatkan saya agar tidak membusungkan dada menyombongkan diri.”

Kehidupan iman Paulus melewati masa-masa cerah dan juga masa-masa suram. Menurut sejumlah penafsir, “seseorang” yang disebut Paulus pada ayat 2–5 itu tidak lain adalah dirinya sendiri. Ia menjalani suatu pengalaman rohani yang dahsyat, diangkat ke Firdaus, dan mendapatkan penyataan dan penglihatan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Namun, selain pengalaman hebat itu, Tuhan juga memberinya pengalaman buruk. Tidak jelas benar apa yang dimaksudkan Paulus dengan duri dalam dagingnya itu. Yang jelas, duri itu suatu kelemahan yang mencegahnya agar tidak menyombongkan diri, tetapi malah mendorongnya bersandar pada anugerah Allah.

Adakah ”duri” yang terus mengganggu kita? Kita berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkannya, tetapi tidak berhasil juga. Mungkin Tuhan mengizinkannya untuk mengingatkan kita akan kemanusiaan dan kebutuhan kita akan anugerah-Nya. Seperti Paulus, kita dapat belajar menerimanya secara rela dan lapang dada.

DALAM KEMURAHAN ANUGERAH TUHAN
KELEMAHAN DAPAT BERUBAH MENJADI KEKUATAN

By : Arie Saptaji
www.renunganharian.net

Senin, 21 Juni 2010

Aneka Tips

Anger Management

Bacaan: Yunus 3:10 - 4:1-11
Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh.- Pengkhotbah 7:9

1.Kembangkan sense humor.
Meski kemarahan selalu berhubungan dengan hal-hal serius, tidak jarang penyebabnya adalah hal-hal sederhana, sepele atau bahkan hal yang sangat lucu. Pada saat itulah kita perlu mengembangkan sense humor sehingga kita bisa mentertawakan keadaan atau mentertawakan diri sendiri.

2. Fokus pada solusi dan bukan pada hal-hal yang mengecewakan.
Apa yang kita lakukan, perasaan apa yang berkecambuk dalam hati kita, atau apapun juga yang kita alami akan tergantung dengan fokus kita. Jika kita fokus pada hal-hal yang mengecewakan seperti perlakuan menyakitkan, pengkhianatan, kecurangan, atau pelecehan yang kita terima, maka kita akan menjadi sangat marah. Namun jika kita fokus pada solusi, maka dengan sendirinya kemarahan itu akan mereda.

3. Mengubah kebiasaan marah kita.
Marah untuk sekali waktu rasanya normal-normal saja, namun jika kemarahan kita terlalu sering atau bahkan tiada hari tanpa marah, tentu ada yang tidak beres dalam diri kita. Biasanya itu sebagai akibat dari kebiasaan saja. Kita terbiasa marah, makanya hal-hal kecil yang sepele pun sudah cukup untuk membuat kita naik pitam. Kalau masalahnya seperti ini, kita perlu mengubah kebiasaan kita.

4. Biarkan Tuhan berdaulat penuh atas hidup kita.
Sepertinya cara ketujuh ini terlihat klise, namun sebenarnya cara ini justru memiliki hasil yang sangat efektif dalam mengelola kemarahan. Pada saat mengijinkan Tuhan memimpin hidup kita, bukan berarti kita menjadi manusia yang tidak bisa marah. Kita bisa marah, namun kemarahan kita akan sangat terkendali. Mintalah pimpinan dan penyertaan Tuhan senantiasa, sehingga hidup kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain gara-gara kemarahan kita.

Kemarahan lebih banyak ditentukan oleh diri Anda sendiri

Pengakuan

Bacaan: I Yohanes 1:5-10

Jika kita mengaku dosa kita,... sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita.- I Yohanes 1:9



“Aku salah”. Ini adalah kalimat yang paling jarang terucap dari mulut kita, sekaligus sangat sulit untuk dieja dan diucapkan. Tak ada yang salah dengan kata
itu, tapi jika kita ingin mengucapkannya, tiba-tiba saja lidah kita jadi kelu dan tenggorokan kita pun rasanya tersekat. Gengsi: apa kata orang kalau tahu aku
berbuat hal ini? Pembenaran diri: selalu mencari dalih dan alasan, bahkan mencari kambing hitam untuk kesalahan yang telah dilakukannya.

Kisah klasik menceritakan tentang Kaisar Frederick Agung yang mengunjungi penjara Postdam. Ia berbicara dengan para napi dan masing-masing menyatakan
bahwa dirinya tidak bersalah dan menjadi korban dari sistem. Namun, satu orang tetap diam saja. Sampai akhirnya Frederick Agung bertanya, “Bagaimana dengan Anda? Siapa yang Anda persalahkan?” Jawabannya diluar dugaan, “Sayalah yang bersalah dan benar-benar patut dihukum. Kaisar pun membebaskannya!

Pengakuan dosa membuka pintu bagi pengampunan. Pembenaran diri menutup pintu bagi kasih karunia. Dalam hal ini, Tuhan pun akan bersikap seperti Kaisar
Frederick Agung. Membebaskan mereka yang mengaku bersalah. Hanya sayang, manusia itu memang sangat sulit untuk mengakui kelemahannya. Coba lihat Adam yang membenarkan dirinya sebaliknya menyalahkan Hawa. Hawa juga terlalu gengsi untuk mengakui dosa yang telah diperbuatnya dan memilih untuk menuding ular sebagai biang dari semuanya ini.

Bagaimana Tuhan bisa memulihkan keadaan kita, sementara kita menyangkalnya?
Bagaimana Tuhan bisa menyembuhkan kita, sementara kita berkata, “Aku sehat.”
Bagaimana Tuhan bisa berkomunikasi, sementara kita menyembunyikan rahasia?
Bagaimana Tuhan bisa memberikan pengampunan sedangkan kita tidak mengaku salah?
Remuk hati dan keberanian untuk mengaku salah, itulah yang membuka gerbang pengampunan bagi kita.

Mengaku dosa membuka pintu bagi pengampunan. Membenarkan diri menutup pintu bagi kasih karunia.
» Renungan ini diambil dari Renungan Harian Spirit

Senin, 07 Juni 2010

Masih Perlukah ke Gereja ?

Bacaan: Ibrani 10:19-39
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita...- Ibrani

Apakah beribadah mesti harus pergi ke gereja? Kuno, ah. Bukankah ini jaman modern nan canggih? Mengapa tidak mencoba beribadah lewat internet? Ini membuat kita tidak perlu repot-repot ke gereja. Tidak perlu pusing soal bagaimana harus memarkir mobil di area yang terbatas. Tidak perlu takut kalau tidak kebagian tempat duduk. Lebih enak beribadah di rumah sendiri, bisa sambil menghabiskan camilan atau sambil meneguk aroma moccacino.

Beribadah di dunia maya (internet) ternyata menarik minat beberapa orang Kristen di Jerman, seperti halnya yang terjadi di Hamburg. Bahkan mereka tidak perlu membawa uang kolekte lagi, karena setiap anggota jemaat diberi kartu kredit khusus agar mereka tidak kesulitan memberikan kolekte. Lepas dari uniknya beribadah di depan komputer, muncul pertanyaan mendasar, “Masih perlukah kita pergi ke gereja untuk beribadah?”

Theodore Roosevelt, presiden AS, pernah berkomentar tentang hal ini, “Ya, saya tahu segala macam alasan itu. Saya tahu bahwa seseorang bias beribadah di rumahnya sendiri seperti di gereja. Tapi saya juga tahu bahwa sebenarnya rata-rata orang tersebut tidak bisa mencurahkan dirinya seperti itu. Dengan beribadah di gereja, kita akan melewatkan banyak kesempatan untuk menolong sesama dan itu berarti juga menolong dirinya sendiri.”

Alasan yang saya kemukakan tentang kontroversi tersebut adalah bahwa beribadah bukan hanya saja menyangkut hubungan vertikal antara kita dengan Tuhan, melainkan juga menyangkut hubungan horizontal antara kita dengan sesama. Itu sebabnya, tidak ada alasan yang bisa membenarkan bahwa orang Kristen tak perlu lagi pergi ke gereja! Terdengar terlalu kolot dan konvensional? Menurut saya tidak. Fakta membuktikan bahwa di dalam dunia yang nyata ini, sebuah komunitas yang tak bergereja, cenderung merupakan komunitas yang cepat merosot! Ibadah tidak hanya merupakan hubungan vertikal tapi juga horizontal. Tidak ada yang bisa membenarkan bahwa kita tidak perlu lagi ke gereja.(dikutip dari renungan harian spirit)

Ibadah adalah Memberi

Bacaan: Keluaran 20:22-26
Persembahkanlah di atasnya korban bakaranmu dan korban keselamatanmu...- Keluaran

Berbicara tentang ibadah, sejujurnya kebiasaan kita dalam beribadah sudah mengalami pergeseran makna yang sedemikian jauh. Bagi kita ibadah berarti
menerima sesuatu. Bisa dalam wujud menikmati ibadah yang dikemas dengan cara yang spektakuler, menerima tontonan. Lebih komplit kalau pengkhotbahnya sangat lucu dan bikin kita terpingkal-pingkal, menerima hiburan. Lalu bagaimana seandainya acara ibadahnya kurang bagus? Langsung aja kita protes dan merasa bahwa ibadah yang kita lakukan sia-sia.

Dalam ibadah kita lebih banyak pasif dan menjadi penonton. Satu-satunya hal yang membuat kita paling antusias dan menjadi bersungguh-sungguh adalah di bagian akhir ibadah ketika seorang pendeta mengangkat tangan untuk memberikan doa berkat. Mengapa? Lagi-lagi karena kita sedang menerima!

Bandingkan dengan cara bangsa Israel ketika beribadah dengan Tuhan. Konsepnya sungguh terbalik, ibadah berarti memberi bukan menerima. Ibadah adalah aktif, bukan pasif. Ibadah adalah mempersembahkan korban, bukan mencari keuntungan sendiri. Bangsa Israel diperintahkan membawa korban, entahkah itu berbentuk sapi, kambing, domba, merpati ataukah sesuatu yang lain. Dengan kata lain, mereka menghadap Tuhan tidak dengan tangan hampa.

Berbicara tentang bagaimana seni menyembah, maka kita harus mengawali lebih dulu dengan konsep ibadah yang benar, yaitu memberi dan bukan menerima, meski pada prakteknya Tuhan juga akan memberkati kita dalam ibadah. Tak hanya mengangkat tangan untuk menerima berkat, tapi juga mengangkat tangan untuk memberkati. Tak hanya menerima suguhan penampilan para pemuji yang extravaganza, melainkan kita juga terlibat di dalamnya untuk memberikan penyembahan kepada Tuhan. Belajar dari Maria yang memecahkan botol parfum sebagai bentuk penyembahan kepada Kristus. Itulah seni menyembah! Ibadah adalah memberi, bukan menerima. Ibadah adalah mempersembahkan korban, bukan mencari keuntungan.

Kamis, 08 April 2010


Tentang Bagaimana Menghormati Tuhan

Bacaan: Keluaran 20:7

Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan ...- Keluaran 20:7


Orang Yahudi begitu menghormati Tuhan, itu sebabnya sampai hari ini pun mereka tidak berani menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Mereka bahkan menganggap bahwa nama tersebut terlalu suci untuk diucapkan oleh bibir manusia. Kapan saja mereka perlu mengucapkan Yahweh ( nama Tuhan ), mereka akan menggantinya dengan adonai yang berarti tuan. Jika nama tersebut perlu ditulis, mereka akan mandi terlebih dulu sebelum menulisnya dan menghancurkan pena tersebut setelah dipakai untuk menuliskan kata Yahweh.

Harus diakui kalau orang-orang Yahudi sangat menghormati nama Tuhan. Sangat bertolak belakang dengan orang-orang barat saat menyebut nama Tuhan. Bukan saja mereka tidak hormat dengan nama Tuhan, tapi nama Tuhan bahkan kadangkala disebut secara sia-sia. Lebih parah lagi, mereka menyebut nama Tuhan sebagai umpatan. Bukankah di film-film barat kita sering melihatnya? Mereka dengan latahnya berkata, “Oh, my God...” atau “Jesus ...” dan menyamakannya dengan umpatan-umpatan yang lain.

Pesan Firman Tuhan pada hari ini, hormatilah Tuhan. Tidak hanya dengan cara kita menyebut namaNya saja, tapi dengan seluruh eksistensi kehidupan kita. Bisa jadi kita tidak seperti orang barat yang menyebut nama Tuhan dengan sia-sia. Kita mungkin seperti orang Yahudi yang bahkan tidak berani menyebut nama Tuhan karena begitu sucinya nama tersebut. Tapi sungguh-sungguh sia-sia kalau kita menghormati Tuhan hanya dengan cara seperti itu saja.

Apalah artinya kita dengan khusyuk menyebut nama Tuhan, tapi di sisi lain mulut kita penuh dengan fitnah, gosip atau perkataan yang melukai hati. Menghormati Tuhan bukan hanya dengan perkataan saja, melainkan dengan seluruh kehidupan kita. Sikap kita dalam bekerja, cara kita memperlakukan bawahan kita, atau bagaimana kita melakukan bisnis akan menunjukkan apakah kita menghormati Tuhan atau tidak. Cara kita memperlakukan keluarga akan menunjukkan apakah kita menghormati Tuhan yang telah membentuk keluarga. Cara kita hidup dalam persekutuan dengan saudara seiman akan menunjukkan apakah kita menghormati Tuhan atau tidak sebagai Kepala Gereja. Menghormati Tuhan tak hanya terbatas lewat perkataan saja, melainkan dengan kehidupan kita.

Hormatilah Tuhan dengan kehidupan yang akan Anda jalani pada hari ini.

(dukutip dari http://www.renungan-spirit.com/renungan-kristen.html)

Senin, 22 Maret 2010


God is My Boss

Bacaan: Yohanes 15:1-8

Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya.- Yohanes 15:1

Jesus is my Boss. Judul yang asyik sekaligus menarik. Mengingatkan kepada kita, bahwa di dalam Alkitab, Tuhan beberapa kali digambarkan sebagai seorang pengusaha atau pemilik, dengan kata lain, Tuhan juga adalah sosok Bos yang sempurna. Dari hal ini kita bisa belajar meneladani bagaimana cara kita bertindak dalam dunia kerja seperti yang Bos kita di surga melakukannya.

Bos kita rajin bekerja. Bos kita tidak hanya duduk santai di singgasanaNya saja, sebaliknya sampai detik ini Ia terus bekerja. Mengatur jagat raya, menjaga kelangsungan alam dan selalu menyatakan pemeliharaan serta pertolonganNya bagi kita. Jika Bos kita di surga bekerja, sudah seharusnya kita juga bekerja. Bekerja, tanpa harus kecanduan kerja. Tahu waktu untuk istirahat, karena Bos kita juga beristirahat setelah enam hari menciptakan alam ini. Itu juga berarti bahwa Bos kita pakarnya me-manage waktu, kitapun harusnya bisa mengatur dan memprioritaskan waktu dengan baik.

Bos kita memiliki sikap positif yang sempurna. Ia tidak pernah menyerah. Lihat saja perumpamaan tentang seorang gembala yang kehilangan satu dombanya atau seperti seorang perempuan yang kehilangan satu keping uang yang dimilikinya. Tak akan menyerah sebelum yang hilang ditemukan! Bukankah dalam bekerja sudah seharusnya kita ulet, optimis, tak kenal menyerah, dan memiliki semangat kuat?

Bos kita sangat bijak dan sangat adil dalam setiap keputusanNya. Bos kita tidak pernah bekerja sendiri, Ia selalu bermitra dengan kita menjadi satu tim. Bos kita tidak pernah sewenang-wenang, bahkan pekerja yang masuk jam 5 sore pun diberi upah sehari kerja. Bos kita tidak menggelapkan pajak, Yesus sudah memberi contoh yang jelas soal itu. Bos kita tidak pernah berbuat curang. Ia jujur, bahkan untuk dosa sekecil apapun, Ia tidak pernah kompromi.

Kita ingin sukses? Mari teladani Bos kita. Jadilah pebisnis atau pemimpin yang bijak dan adil. Bangunlah sebuah tim yang kuat untuk mencapai kesuksesan bersama. Jangan bertindak sewenang-wenang dengan bawahan kita, hormati mereka, sebab tanpa mereka kita tidak akan bisa sukses. Bekerjalah dengan jujur, tidak curang dan mengedepankan integritas!

Teladanilah Bos kita di surga dalam dunia kerja.


» Artikel Rohani ini diambil dari Renungan Harian Spirit

Minggu, 07 Maret 2010

Song





Tak Mustahil Bagimu

(Vokal By Adelia Lukmana & Sydney Mohede)

Tak Kuat Lagi Berjalan
Gelap Langit Berawan
Walaupun Berat bertahan
Kasih-Mu Selalu Menopang

Sungguh Hanya Kauberkuasa
Atas Bumi dan semesta
Bahkan nafasku terjaga
Dan kuakan s'lalu percaya

reff :Bapaku yang menjaga
Damai DAN kekuatan
Jiwaku berserah senantiasa
Imanku Tak kan tergoyah

Walau dunia putus asa
Kaulah sumber pengharapan
Meski tak mungkin bagi manusia
tak mustahil bagi-MU Tuhan

Vamp: Kaulah Allah perkasa
Tiada yang mustahil bagi kau Tuhan


Rabu, 17 Februari 2010

History

1. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan gereja bukit zaitun + tahunnya

Pada tahun 1987 GSJA bukit zaitun mulai dirintis. Awalnya ada beberapa orang pengusaha yang berkumpul bersama-sama menyembah Tuhan. Diantaranya Bpk. Surya Atmaja yang kemudian menjadi hamba tuhan dan saat ini menggembalakan GSJA Maranatha Palembang. Kelompok kecil ini terus berbakti kepada Tuhan selama kurang lebih 2 tahun. Lalu kelompok ini ingin kalau mereka bernaung di salah satu gereja. Mereka berembuk bersama lalu diputuskan mereka akan bergabung dengan organisasi gereja sidang jemaat allah . Kelompok ini menghubungi Badan pengurus pusat di Jakarta dan diterima di gereja sidang jemaat allah di Indonesia. Dalam tempo satu tahun 1987-1988 pelayanan di Palembang di pimpin oleh hamba – hamba tuhan dari Jakarta. Pada bulan april 1988 Pdt. Jantje Turang dan keluarga tiba di Palembang dari Manado.. Tahun ini awal permulaan Pdt. Jantje menggembalakan GSJA BZ Palembang.

Dalam pertumbuhan dengan perkembangannya gembala sidang dan jemaat/kelompok kecil tadi mulai mengadakan penginjilan dengan kesaksian kepada kenalan-kenalan dengan terjadilah pertumbuhan gereja sampai saat ini ada kurang lebih 600 anggota jemaat bersama anak sekolah minggu.

Senin, 15 Februari 2010

Seputar Bukit Zaitun



Visi GSJA Bukit Zaitun 2010

"Diselamatkan untuk menyelamatkan"

NILAI-NILAI BERJEMAAT

GSJA BUKIT ZAITUN

1. CINTA TUHAN

- TERTANAM DALAM GEREJA LOKAL & KOMUNITAS SEL ( KKA

2. JUJUR

- SETIA MENGEMBALIKAN PERSEPULUHAN

3. RENDAH HATI

- RELA MELAYANI

- TAAT & TUNDUK PD OTORITAS

4. RAJIN

- RAJIN BERIBADAH

- RAJIN MEMENANGKAN JIWA


JADWAL IBADAH

IBADAH RAYA 1
Minggu,08.00 S/d Selesai
Ibadah Raya 2
Mingggu,18.00 S/d Selesai
BZ Youth
Sabtu, 18.00 S/d Selesai
BZ Tennager
Minggu ,11.00 S/d Selesai
Sekolah Minggu
Minggu ,08.00 S/d Selesai
Ibadah Doa
Rabu, 19.00 S/d Selesai